Makrifat adalah suatu topik yang sangat sukar untuk
difahami, banyak orang tidak mengerti tetapi beranggapan faham,.. mereka
beranggapan ilmu makrifat itu adalah Makrifat (Mengenal). Ilmu tidak
sedikitpun menyentuh Makrifat, kerana apa,… kerana ilmu adalah yang
berkaitan dengan alam. …alam yang dijadikan Tuhan dan alam bukan Tuhan.
Sedangkan Makrifat adalah yang berhubungan dengan Dzat
Allah Yang Mutlak, yaitu Tuhan Semesta Alam. Sungguh jauh perbedaannya,
contohnya orang yang mempunyai ilmu tentang motor (ia sangat faham
tentang motor),..tetapi malangnya dia sendiri tidak ada motor, jadi
kalau hendak berpergian ke mana-mana pun terpaksa naik angkot atau bus.
Beginikah yang dikatakan Makrifat, tentu saja bukan.
Makrifat adalah berkaitan dengan pengalaman, hal, rasa,..tetapi bukan
yang berkaitan dengan ilmu.
Seseorang yang bermakrifat, yang sungguh-sungguh dalam
Makrifatnya kepada Allah, bukan hanya sekadar teori semata, tetapi ia
telah benar-benar meresapi Makrifat itu, …. malahan telah menjadi SATU
dalam pandangan Tauhid.
Maka, jika mereka mati, sesungguhnya mereka tidak mati, tetapi mereka hidup di sisi Allah dan mendapat Rahmat Nya.
Allah mengharamkan cacing-cacing dan ulat-ulat tanah untuk
memakan jasadnya yang telah dikuburkan itu, …walaupun telah dikuburkan
beratus-ratus tahun, jasadnya masih tetap tidak binasa, malahan masih
seperti baru dikebumikan. Segar tidak hancur dan tidak mengalami
perubahan, kelihatan seperti orang yang mimpi indah dalam tidur.
Ada sebahagian yang lain mendapat Rahmat
dari Tuhan, dengan apa yang disebut “terbang burung terbang sangkar”,
…. jasad dan ruh mereka kembali kepada Tuhan yang dikasihinya.
HAI JIWA-JIWA NAN TENANG KEMBALILAH KEPADA TUHANMU DENGAN REDO DAN MEREDOI…
MAKRIFATULLAH
Untuk menuju status orang-orang beriman harus melalui tahapan Makrifat. Adapun iman yang ditasdiq di hati, tidak bisa tasdiq kalau tidak mengenal Allah..Tasdiq
adalah adalah hasil dari pada pengenalan (makrifat), akan mustahil bisa
tasdiq di hati kalau belum kenal, sama dengan menasdigkan buah simala
kama yaitu hayal, palsu dan angan-angan sahaja. Koreksilah makna
pengenalan
MAKRIFATULLAH: Mengenal Allah SWT, pada Zat-nya, pada Sifat-nya, pada Asma-nya dan pada Af’al-nya.
AWALUDIN MA’RIFATULLAH Artinya : Awal agama mengenal Allah.
LAYASUL SHALAT ILLA BIN MA’RIFAT Artinya: Tidak sah shalat tanpa mengenal Allah.
MAN ARAFA NAFSAHU FAKAT ARAFA RABBAHU Artinya: Barang siapa mengenal dirinya dia mengenal Tuhannya.
ALASTU BIRAB BIKUM QOLU BALA SYAHIDNA Artinya: Bukankah aku ini Tuhanmu ? Betul engkau Tuhan kami,kami menjadi saksi.(QS.AL-ARAF 7:172)
AL INSANNU SIRRI WA ANNA SIRRUHU Artinya: Manusia itu RahasiaKu dan akulah Rahasianya.
WAFI AMFUSIKUM AFALA TUBSIRUUN Artinya: Di dalam dirimu mengapa kamu tidak melihat.
ANAHNU AKRABI MIN HABIL WARIZ Artinya: Aku lebih dekat dari urat nadi lehermu.
LAA TAK BUDU RABBANA LAM YARAH Artinya: Aku tidak akan menyembah Allah apabila aku tidak melihatnya terlebih dahulu.
Mereka yang bermakrifat adalah mereka yang melihat Allah dengan mata hati, yaitu merasakan Dzahir nya Allah…
Mereka yang merasakan wujud Allah, …mereka itu berkekalan lebur dan tenggelam dalam merasakan NYA.
Makrifat adalah pakaian (pengalaman), kalau masih ditingkat faham,
baru ilmu..belum lagi makrifat, ia berkaitan dengan Tuan yang punya ilmu
itu sendiri,. Maka, makrifat itu lebih dari kenal dan mengalami sendiri
seperti kita merasa manisnya gula dan kenal gula. Oleh karena itu jika
kita mendapat rasa gula yang pahit walaupun bentuk gula, maka bukan gula
namanya.
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH
Pada malam Ghaibul Ghaib yaitu dalam keadaan antah-berantah
hanya Dzat semata. Belum ada awal dan belum ada akhir, belum ada bulan
dan belum ada matahari, belum ada bintang belum ada sesuatupun. Malahan
belum ada Tuhan yang bernama Allah, maka dalam keadaan ini, Diri yang
punya Dzat tersebut telah mentajalikan diri-Nya untuk memuji diri-Nya.
Lantas tajalilah Nur Allah dan kemudian tajali pula Nur
Muhammad (Insan Kamil), yang pada peringkat ini dinamakan Anta Ana,
(Kamu, Aku) , (Aku,Kamu),Ana Anta. Maka yang punya Dzat bertanya kepada
Nur Muhammad dan sekalian Roh untuk menentukan kedudukan dan taraf
hamba.
Lantas ditanyakan kepada Nur Muhammad, Aku ini Tuhanmu?
Maka dijawablah Nur Muhammad yang mewakili seluruh Roh, Ya…Engkau
Tuhanku.
Persaksian ini dengan jelas diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Araf 7:172: ALASTU BIRAB BIKUM, QOOLU BALA SYAHIDNA. Artinya : Bukan aku ini Tuhanmu? Betul engkau Tuhan kami, Kami menjadi Saksi.
Selepas pengakuan atau persumpahan Roh itu dilaksankan,
maka bermulalah era baru di dalam perwujudan Allah SWT. Seperti firman
Allah dalam Hadits Qudsi yang artinya :“Aku suka mengenal diriku, lalu
aku jadikan mahkluk ini dan aku perkenalkan diriku. Apa yang dimaksud dengan mahkluk ini ialah : Nur Muhammad
sebab seluruh kejadian alam maya ini dijadikan dari pada Nur Muhammad,
tujuan yang punya Dzat mentajalikan Nur Muhammad adalah untuk
memperkenalkan diri-nya sendiri dengan diri Rahasianya sendiri.
Maka diri Rahasianya itu adalah ditanggung dan diakui amanahnya oleh
suatu kejadian yang bernama : Insan yang bertubuh diri bathin (Roh) dan
diri bathin itulah diri manusia, atau Rohani.
Firman Allah dalam hadis Qudsi: AL-INSAANU SIRRI WA-ANA SIRRUHU
Artinya : Manusia itu RahasiaKu dan Akulah yang menjadi Rahasianya.
Artinya : Manusia itu RahasiaKu dan Akulah yang menjadi Rahasianya.
Jadi yang dinamakan manusia itu ialah karena ia mengenal Rahasia. Dengan perkataan lain manusia itu mengandung Rahasia Allah.
Karena manusia menanggung Rahasia Allah maka manusia harus
berusaha mengenal dirinya, dan dengan mengenal dirinya manusia akan
dapat mengenal Tuhannya, sehingga lebih mudah kembali menyerahkan
dirinya kepada Yang Punya Diri pada waktu dipanggil oleh Allah SWT.
Yaitu tatkala berpisah Roh dengan jasad. (kembali kepada Allah harus
selalu dilakukan semasa hidup, masih berjasad, contohnya dengan solat,
kerana solat adalah mikraj oang mukmin atau dengan ‘mati sebelum mati’).
Firman Allah An-Nisa 4:58: INNALLAHA YAK MARUKUM ANTU ABDUL
AMANATI ILAAHLIHA. Artinya: Sesunggunya Allah memerintahkan kamu supaya
memulangkan amanah kepada yang berhak menerimanya. (Allah).
Hal tersebut di atas dipertegas lagi oleh Allah dalam Hadits Qudsi : MAN ARAFA NAFSAHU,FAQAT ARAFA RABAHU. Artinya : Barang siapa mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya.
Dalam menawarkan tugas yang sangat berat ini, pernah
ditawarkan Rahasia-nya itu kepada Langit, Bumi dan Gunung-gunung tetapi
semuanya tidak sanggup menerimanya.
Seperti firman Allah SWT Al Ahzab 33:72. INNA ‘ARAT NAL AMATA, ALAS SAMAWATI WAL ARDI WAL JIBAL FA ABAINA ANYAH MILNAHA WA AS FAKNA MINHA,WAHAMA LAHAL INSANNU. Artinya
: Sesungguhnya kami telah menawarkan suatu amanat kepada langit, bumi
dan gunung-gunung tetapi mereka enggan memikulnya dan merasa tidak akan
sanggup, lantas hanya manusia yang sanggup menerimanya.
Oleh karena amanat (Rahasia Allah) telah diterima, maka
adalah menjadi tanggung jawab manusia untuk menunaikan janjinya. Dengan
kata lain tugas manusia adalah menjaga hubungannya dengan yang punya
Rahasia.
Setelah amanat (Rahasia Allah) diterima oleh manusia (diri
Batin/Roh) untuk tujan inilah maka Adam dilahirkan untuk bagi
memperbanyak diri, diri penanggung Rahasia dan berkembang dari satu abad
ke satu abad, diri satu generasi ke satu generasi yang lain sampai
alam ini mengalami KIAMAT DAN RAHASIA ITU KEMBALI KEPADA ALLAH.
INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI RAAJIUN. Artinya : Kita berasal dari Allah, dan kembali kepada Allah.
Qs Shad 38:72: Aku tiupkan RuhKu kedalamnya. Rahsiaku adalah RuhKu, dia menanggil dirinya aku, tapi di atasnya ada Aku Allah.
Memang benar Allah itu tidak dapat dihijab oleh sesuatu pun, tapi,
itu bagi mereka yang telah mengenal Allah , bagi mereka yang telah Esa,
tapi bagi kebanyakan orang Allah dan dirinya adalah dua, jadi anggapan
inilah yang menghijab mereka, anggapan inilah yang harus dibuang, tetapi
untuk membuangnya bukanlah mudah,, kerana ego akan melawannya
mati-matian, kerana ego tahu, apabila manusia itu masuk ke makam
keesaan, maka ego akan terkubur., dan ia tidak mhu itu akan terjadi.
0 comment:
Posting Komentar